Kapan Bayi Bisa Tidur Sendiri? Ini 5
Hal yang Perlu Dipertimbangkan Orang Tua

23 November 2022 | Allianz Indonesia
Menentukan kapan bayi bisa tidur sendiri tentu bukan perkara mudah. Inilah berbagai hal yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memutuskannya.

Banyak orang tua yang memilih untuk tidur bersama buah hati mereka sejak lahir. Namun, seiring dengan proses belajar anak, orang tua perlu memutuskan apakah anak sudah dapat tidur sendiri atau masih harus bersama orang tua.

Sebetulnya, tidak masalah untuk berbagi kamar dengan buah hati selama beberapa bulan pertama pascakelahiran. Namun, berbagi kamar dapat menyebabkan rasa lelah berlebih, terutama jika bayi terus merengek sepanjang malam. Pada akhirnya, tebersit pertanyaan perihal kapan bayi bisa tidur sendiri?

Nah, sebagai pertimbangan, kamu perlu mengetahui apa saja pro-kontra mengenai anak tidur sendiri atau bersama orang tua.

Memutuskan Anak Tidur Sendiri atau Dengan Orang Tua

Biasanya, orang tua ingin tidur di dekat bayi mereka. Alasannya berbeda-beda, tetapi yang utama agar si bayi selalu berada dalam pengawasan. Selain itu, ibu juga memiliki waktu yang fleksibel dalam mengasuh bayi.

Berbagi kamar tidur dengan bayi memang mempunyai banyak manfaat, salah satunya mencegah sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Namun, jangan salah, berbagi kamar tidak sama dengan berbagi ranjang.

Sebaliknya, berbagi ranjang justru bisa meningkatkan risiko bayi terkena SIDS. Menurut laporan studi oleh McGarvey dkk. (2006), sebanyak 49% kasus SIDS terjadi pada bayi yang berbagi ranjang dengan orang tuanya. Inilah salah satu alasan kenapa bayi tidak boleh tidur di tengah orang tua.

Selain itu, berikut pro-kontra anak tidur sendiri atau dengan orang tua yang perlu kamu ketahui sebelum mengambil keputusan.

1. Tidur Dengan Orang Tua Dapat Mencegah SIDS

Mengutip laman American Academy of Pediatrics (AAP), sebaiknya orang tua berbagi kamar dengan bayi selama beberapa bulan pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).

SIDS merupakan kematian mendadak pada bayi, terutama yang berusia kurang dari 1 tahun. Sayangnya, penyebab pasti SIDS masih belum diketahui. Maka dari itu, ibu perlu berjaga dan mengecek kondisi bayi selama tidur beberapa kali dalam semalam.

Akan tetapi, perlu diingat bahwa AAP hanya merekomendasikan orang tua agar berbagi kamar dengan bayi, bukan tempat tidur. Tempatkan bayi di ranjang yang terpisah agar kamu tetap bisa memantau kondisinya.

2. Bayi Cenderung Tidur Nyenyak Ketika Sendiri

Studi menunjukkan bahwa bayi berusia empat bulan ke atas dapat tidur lebih nyenyak, lebih awal, dan lebih lama saat mereka berada di kamar sendiri. Jadi, tempat tidur anak harus dipisahkan dengan orang tua apabila mereka telah berusia empat bulan.

Penelitian lainnya yang dikutip dari laman National Public Radio AS pun menyebutkan bahwa bayi berusia empat bulan memiliki waktu tidur yang konsisten pada jam delapan malam. Dengan begitu, kamu tidak perlu terlalu khawatir ketika berada jauh dari si bayi.

3. Berbagi Kamar Membuat Anak Susah Tidur Sendiri

Bayi berusia empat bulan ke atas sebaiknya tidak tidur di tengah orang tua lagi, sebab mereka akan terbiasa dengan kehadiran orang lain di sampingnya. Para peneliti juga mengatakan bahwa bayi yang tidur di kamar sendiri sebelum berusia empat bulan memiliki pola tidur lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidur bersama orang tua.

Namun, biasanya, balita dan anak-anak memiliki ketakutan tentang hantu atau monster di kamar yang membuat mereka masih bergantung pada orang tua. Oleh karena itu, kamu perlu ekstra melatih anak agar terbiasa tidur sendiri.

4. Orang Tua yang Berbagi Kamar Cenderung Lebih Lelah

Ada alasan lain kenapa bayi tidak boleh tidur di tengah orang tua, yakni karena mereka dapat menguras energimu. Waktu tidur pun akan terganggu, sebab muncul keinginan untuk mengecek si buah hati secara terus-menerus. Bahkan, berbagi kamar dengan bayi dapat menimbulkan kecemasan berlebih.

Penelitian juga mengungkapkan bahwa masih banyak orang tua yang meremehkan tidur. Parahnya, ada ibu yang rela tidak tidur sama sekali demi menjaga buah hatinya. Jadi, agar tidak berdampak pada kesehatan, tentukanlah kapan bayi bisa tidur sendiri.

5. Berbagi Kamar Memudahkan Ibu Mengasuh Anak

Waktu yang lebih banyak dalam mengasuh anak merupakan manfaat lain dari berbagi kamar. Bayangkan apabila si kecil menangis karena lapar di malam har, ibu akan lebih mudah menjangkau si bayi jika berada di dekatnya.

Selain itu, orang tua yang berbagi kamar juga memiliki banyak waktu untuk berbincang bersama anak sebelum mereka tertidur. Akan tetapi, setiap keluarga memiliki cara asuh yang berbeda. Untuk itu, keputusan umur berapa bayi bisa tidur sendiri dikembalikan kepada kamu dan pasangan.

Kapan Sebaiknya Anak Belajar Tidur Sendiri?

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), tempat terbaik bagi bayi untuk tidur adalah di kamar orang tuanya. Alasannya karena sejak kecil mereka sudah dibiasakan tidur bersama. Lantas, umur berapa bayi bisa dibiarkan tidur sendiri?

AAP sendiri tidak merekomendasikan berbagi kamar hingga anak berusia satu tahun. Lantaran, anak akan merasa tidak nyaman dan kembali ke kamar orang tuanya pada malam hari. Hal ini tentu dapat mengganggu kenyamanan orang tua.

Oleh sebab itu, idealnya, tempat tidur anak harus dipisahkan dengan orang tua apabila telah berusia empat sampai enam bulan.

Cara Melatih Anak Tidur Sendiri

Penelitian menunjukkan bahwa tidur bayi yang tidak teratur bisa menyebabkan obesitas di masa depan. Tidak hanya itu, kekurangan waktu tidur juga memiliki banyak dampak negatif pada orang tua.

Banyak orang tua yang berupaya membuat anak mereka tidur sendiri di kamar. Namun, banyak yang belum berhasil karena perubahan tersebut menimbulkan kecemasan pada anak. Apabila hal ini terjadi padamu, kamu perlu melakukan beberapa cara di bawah ini untuk melatih bayi agar bisa tidur sendiri:

1. Pisahkan Ranjang Ibu dan Bayi

Bayi yang baru lahir masih membutuhkan pengawasan dari orang tua. Maka dari itu, tidak masalah bila kamu memutuskan untuk berbagi kamar bersama si buah hati. Namun, AAP merekomendasikan untuk memisahkan ranjang orang tua dan anak guna meminimalisasi risiko anak terkena SIDS serta melatih anak agar terbiasa tidur sendiri.

2. Minimalkan Kehadiran Orang Tua

Setelah kamu mengantarkan anak tertidur, segeralah menjauh dari ranjang mereka. Hal ini berguna untuk melatih anak agar tidak bergantung dengan kehadiranmu. Awalnya, mungkin anak akan terbangun dan merengek agar kamu tidak meninggalkannya. Tetap cobalah perlahan hingga anak terbiasa tidur sendiri.

3. Berikan Rasa Aman pada Anak

Biasanya, anak takut tidur sendiri karena hadirnya pikiran negatif, seperti hantu atau monster yang memenuhi pikiran mereka. Untuk melatih anak agar dapat tidur sendiri, cobalah redam ketakutan mereka dengan kata-kata penenang bahwa pikiran tersebut tidaklah benar.

4. Lakukan dengan Konsisten

Terakhir, kamu perlu melatih anak agar dapat tidur sendiri dengan konsisten. Jika anak kembali ke kamarmu di malam hari, cukup antar mereka kembali ke kamar tanpa banyak interaksi. Kamu juga perlu tegas dalam melatih anak sehingga mereka terbiasa berada di kamarnya.

Nah, pertimbangan di atas mungkin bisa membantu kamu memutuskan kapan bayi bisa tidur sendiri. Jangan salah, keputusan awal ini memiliki efek jangka panjang, baik untuk orang tua dan anak.

Sources:

Baby sleeping in same room associated with less sleep, unsafe sleep habits | Penn State University. (2022). Retrieved 25 July 2022, from https://www.psu.edu/news/research/story/baby-sleeping-same-room-associated-less-sleep-unsafe-sleep-habits/

Babies Sleep Better In Their Own Rooms After 4 Months, Study Finds. (2022). Retrieved 25 July 2022, from https://www.npr.org/sections/health-shots/2017/06/05/531582634/babies-sleep-better-in-their-own-rooms-after-4-months-study-finds

Room sharing with your baby may help prevent SIDS, but it means everyone gets less sleep - Harvard Health. (2017). Retrieved 25 July 2022, from https://www.health.harvard.edu/blog/room-sharing-with-your-baby-may-help-prevent-sids-but-it-means-everyone-gets-less-sleep-201706062525

Author: Allianz Indonesia
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan membuka kantor perwakilan di tahun 1981. Kini Allianz Indonesia hadir untuk bisnis asuransi umum, asuransi jiwa, kesehatan, dana pensiun dan asuransi syariah yang didukung oleh lebih dari 1.400 karyawan dan lebih dari 20.000 tenaga penjualan dan ditunjang oleh jaringan mitra perbankan dan mitra distribusi lainnya untuk melayani lebih dari 7 juta tertanggung di Indonesia.
Pilihan Artikel yang direkomendasikan

Nov 08, 2023

Okt 26, 2023