dampak sound horeg bagi kesehatan tht

Fenomena Sound Horeg dan Dampak bagi Kesehatan THT

4 Agustus 2025 | Allianz Indonesia
Beberapa bulan terakhir, istilah sound horeg semakin sering terdengar, terutama di media sosial. Fenomena ini merujuk pada penggunaan speaker bertenaga tinggi yang mengeluarkan suara sangat keras, biasanya melebihi 100 desibel (satuan intensitas suara), dalam acara-acara hajatan seperti pesta rakyat, parade, atau pernikahan.

Sound horeg memang menjadi salah satu bentuk hiburan yang digemari banyak orang. Suaranya yang keras, dentuman bass yang menggema, dan suasana yang meriah membuatnya terasa seru, terutama dalam acara-acara pesta, atau hajatan. 

Meski terasa menyenangkan, paparan keras dan desibel tinggi yang melebihi batas aman secara terus-menerus bisa berdampak serius terhadap kesehatan THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan). Mulai dari kerusakan terhadap gendang telinga, menurunkan kualitas pendengaran, hingga peradangan pada saluran pernapasan.

Makanya, dalam artikel ini, Allianz akan membahas secara lengkap tentang apa saja dampak sound horeg pada kesehatan THT, siapa yang rentan terkena, hingga tips mencegahnya!

Menurut pemaparan Gramedia, sound horeg adalah sistem audio dengan suara ekstrem yang digunakan untuk menarik perhatian atau menciptakan suasana pesta/meriah. Namun, jenis suara ini sering kali melebihi batas aman untuk pendengaran manusia.

Ambang batas kenyaringan suara yang masih tergolong aman adalah 85 desibel, sementara sound horeg dapat mencapai lebih dari 100 desibel, level yang berbahaya dan dapat membahayakan telinga manusia hanya dalam waktu beberapa menit.

Suara.com juga mencatat bahwa karakteristik sound horeg bukan hanya dari volumenya yang tinggi, tetapi juga dari getaran suara bass yang sangat kuat hingga terasa di dada. Ini membuat banyak orang tidak sadar sedang terpapar suara berisiko tinggi. Sehingga dampaknya bukan hanya di telinga, tapi sampai ke hidung dan tenggorokan.

Paparan suara keras dalam waktu lama terbukti dapat merusak sel-sel rambut halus di dalam koklea (rumah siput). Koklea adalah bagian telinga dalam yang bertugas mengubah getaran suara menjadi sinyal ke otak. 

Berdasarkan penjelasan dari National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (bagian dari NIH) , kerusakan yang terjadi pada koklea bisa bersifat permanen, alias menyebabkan gangguan pendengaran yang tidak dapat dipulihkan.

Makanya, kamu harus tahu beberapa kondisi yang mungkin timbul akibat paparan sound horeg, antara lain:

  • Tinnitus: Sensasi berdenging di telinga meskipun sudah tidak terpapar suara.
  • Noise-Induced Hearing Loss (NIHL): Penurunan kemampuan mendengar secara perlahan.
  • Nyeri telinga dan tekanan pada gendang telinga akibat getaran suara ekstrem.
  • Kerusakan saraf pendengaran, terlebih jika terpapar secara terus-menerus.

Anak-anak dan remaja bahkan lebih rentan, karena struktur telinga mereka belum sepenuhnya berkembang dan lebih sensitif terhadap kerusakan akibat suara keras. Namun, sayangnya sound horeg sering hadir di tengah-tengah masyarakat, sehingga kesehatan THT anak-anak bisa terancam.

Meski telinga adalah organ yang paling terdampak, suara keras seperti sound horeg juga bisa memicu masalah pada hidung dan tenggorokan, terutama karena getaran intens dan stres akustik yang ditimbulkannya.

Melansir dari CareNow Urgent Care, stres akustik dapat memicu reaksi tubuh seperti peradangan ringan hingga ke saluran napas atas, termasuk tenggorokan. Beberapa orang bahkan melaporkan gejala seperti:

  1. Tenggorokan kering atau sakit setelah menghadiri acara dengan suara keras.
  2. Ketegangan pada pita suara karena harus berbicara lebih keras.
  3. Ketidaknyamanan pada rongga hidung akibat getaran dan tekanan udara.

Efek ini memang tidak seberat dampak pada telinga, namun tetap penting untuk diwaspadai terutama jika kamu sering terpapar.

Beberapa kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan THT dari paparan sound horeg adalah:

  • Anak-anak dan remaja: Sistem pendengaran belum matang, sehingga lebih mudah rusak.
  • Lansia: Lebih rentan mengalami gangguan pendengaran yang memburuk.
  • Pekerja hiburan atau EO acara: Sering berada dekat dengan speaker berdaya tinggi.
  • Individu dengan riwayat gangguan THT: Risiko memperburuk kondisi jadi lebih tinggi.

Jika kamu termasuk dalam kelompok ini, penting untuk lebih waspada dan mengambil langkah pencegahan.

Paparan terhadap suara keras sering kali tidak bisa dihindari sepenuhnya, apalagi jika kamu tinggal di lingkungan yang sering mengadakan acara dengan sound horeg.

Namun, ada beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk melindungi kesehatan THT Anda:

  1. Gunakan ear plug saat menghadiri acara dengan suara keras. Alat ini mampu meredam intensitas suara hingga 30 desibel.
  2. Jaga jarak dari sumber suara. Semakin jauh posisi kamu dari speaker, semakin kecil tekanan suara yang diterima.
  3. Batasi durasi paparan suara keras. Hindari berada di lokasi tersebut terlalu lama.
  4. Berikan waktu istirahat bagi telinga setelah mendengar suara keras dalam waktu lama.
  5. Periksakan pendengaran secara berkala, terutama jika kamu mulai merasakan gejala seperti telinga sering berdenging atau kesulitan mendengar.

Fenomena sosial seperti sound horeg mungkin dianggap hiburan, tapi dampaknya bisa merugikan kamu di masa depan. Menjaga kesehatan THT bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga bagian penting dari kualitas hidup. Gangguan pendengaran, meskipun sering dianggap sepele, dapat berdampak besar pada komunikasi, hubungan sosial, dan produktivitas kerja.

Author: Allianz Indonesia
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan membuka kantor perwakilan di tahun 1981. Kini Allianz Indonesia hadir untuk bisnis asuransi umum, asuransi jiwa, kesehatan, dana pensiun dan asuransi syariah yang didukung oleh lebih dari 1.400 karyawan dan lebih dari 20.000 tenaga penjualan dan ditunjang oleh jaringan mitra perbankan dan mitra distribusi lainnya untuk melayani lebih dari 7 juta tertanggung di Indonesia.
Pilihan Artikel yang direkomendasikan

Jul 11, 2025

Jul 10, 2025