Apa alasan Indonesia masuk zona berisiko tinggi? Pasalnya Indonesia punya iklim tropis dan populasi nyamuk Aedes yang tinggi, sehingga menjadikan Indonesia adalah wilayah yang rawan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenal lebih dalam apa itu chikungunya, cara penularannya, gejala, serta langkah pencegahannya sebelum terlambat.
Yuk, simak selengkapnya dalam artikel berikut ini!
Mengenal Penyakit Chikungunya
Menurut WHO, chikungunya adalah infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini aktif pada siang hari dan berkembang biak di titik-titik di mana air tergenang seperti bak mandi, vas atau pot bunga, serta kaleng bekas.
Virus chikungunya (CHIKV) memiliki masa inkubasi 2–12 hari, dan meskipun jarang menyebabkan kematian, gejalanya cukup berat serta dapat memengaruhi kualitas hidup penderita dalam jangka panjang.
Sampai saat ini terdapat dua jenis vaksin CHIKV, yaitu Ixchiq dan Vimkunya, namun belum tersedia secara luas serta masih membutuhkan review lebih lanjut dari WHO. Maka dari itu, pencegahan adalah kunci utama.
Chikungunya tidak menular dari manusia ke manusia secara langsung, namun penyebarannya bisa sangat cepat di wilayah dengan kepadatan nyamuk tinggi dan minim pencegahan. Jika ada nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang menggigit salah satu anggota keluargamu, nyamuk yang sama bisa saja menggigitmu juga, hingga akhirnya dua atau lebih anggota keluargamu bisa tertular penyakit ini.
Gejala Penyakit Chikungunya
Gejala penyakit chikungunya biasanya muncul secara mendadak dan berlangsung selama 3–10 hari. Namun, beberapa keluhan seperti nyeri sendi bisa bertahan selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Melansir CDC, gejala umumnya meliputi:
- Demam tinggi mendadak.
- Nyeri sendi dan otot ekstrem, terutama di tangan, kaki, lutut, dan punggung.
- Kelelahan ekstrem.
- Sakit kepala.
- Ruam kemerahan pada kulit (terutama di tubuh dan wajah).
- Mual atau muntah (pada beberapa kasus).
Gejala bisa lebih parah pada lansia, bayi, ibu hamil, serta penderita penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi. Dalam kasus tertentu, komplikasi seperti peradangan mata, gangguan saraf, atau bahkan masalah jantung juga bisa terjadi, meskipun jarang.
Perbedaan Chikungunya dan DBD
Banyak orang menyamakan chikungunya dengan demam berdarah dengue (DBD), karena keduanya disebabkan oleh nyamuk Aedes dan memiliki gejala awal yang serupa. Namun, merangkum Dinas Kesehatan, terdapat perbedaan penting yang perlu dipahami:
Swipe to view more
Aspek |
Chikungunya |
Demam Berdarah (DBD) |
Demam |
Demam tidak beraturan |
Siklus pelana kuda (demam – kritis – pemulihan) |
Nyeri sendi |
Sangat parah, berlangsung lama |
Umumnya ringan hingga sedang, atau tidak terjadi sama sekali |
Trombosit |
Relatif normal, tidak signifikan menurun |
Trombosit turun drastis |
Pendarahan |
Jarang |
Umum terjadi, biasanya mimisan atau gusi merah |
Ruam kulit |
Umum muncul |
Kadang muncul, biasanya di fase pemulihan |
Risiko kematian |
Sangat rendah |
Bisa fatal bila tidak ditangani dengan cepat |
Karena itu, penting untuk tidak mengabaikan gejala yang muncul dan segera mencari bantuan medis untuk memastikan diagnosis yang tepat.
Cara Pencegahan Chikungunya
Seperti yang telah dipaparkan di atas, karena vaksin untuk chikungunya belum tersebar luas, fokus utama adalah pencegahan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Hindari gigitan nyamuk:
- Gunakan obat anti-nyamuk (repellent) yang mengandung DEET atau picaridin.
- Tidur menggunakan kelambu, terutama untuk ibu dan bayi/anak-anak.
- Gunakan pakaian panjang, terutama saat berada di luar ruangan atau area dengan banyak nyamuk.
- Kamu juga bisa menggunakan raket nyamuk elektrik di dalam ruangan.
2. Bersihkan lingkungan:
- Kosongkan dan sikat tempat-tempat yang menampung air setiap minggu.
- Tutup rapat tempat penampungan air seperti toren atau drum, termasuk pot bunga atau ember yang tidak digunakan.
- Buang barang bekas yang bisa menampung air hujan.
- Pastikan saluran air lancar dan tidak tergenang, seperti selokan, talang air, dan sebagainya.
- Kamu juga bisa menggunakan larvasida jika diperlukan pada tempat yang sulit dikuras.
3. Pasang kasa nyamuk dan fogging:
- Gunakan kasa nyamuk di ventilasi dan jendela.
- Fogging bisa dilakukan berkala untuk mengurangi populasi nyamuk dewasa. Namun, yang perlu kamu ketahui fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, bukan jentik. Untuk itu, tetap lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
4. Lindungi kelompok rentan:
Bayi, lansia, dan ibu hamil perlu perlindungan ekstra karena lebih rentan terhadap komplikasi. Jika ada bayi, pastikan kelambu menutupi seluruh tempat tidur. Sedangkan, untuk ibu hamil, sebaiknya hindari bepergian ke wilayah endemis.
5. Waspadai saat bepergian:
Jika kamu bepergian ke daerah endemis, persiapkan perlindungan maksimal dan kenali tanda-tanda awal infeksi. Misalnya, membawa obat nyamuk dengan ukuran travel dan pakaian tertutup jika berpergian ke wisata alam.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun sebagian besar kasus chikungunya bisa sembuh sendiri dengan istirahat, kamu harus segera ke dokter jika mengalami gejala seperti:
- Demam tinggi yang tidak turun selama 3 hari berturut-turut.
- Nyeri sendi hebat yang membuat sulit bergerak.
- Ruam menyebar di seluruh tubuh.
- Tanda-tanda dehidrasi, seperti bibir kering dan badan lemas.
- Muntah terus-menerus atau tidak nafsu makan.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan apakah infeksi yang terjadi adalah chikungunya, DBD, atau penyakit virus lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa chikungunya adalah penyakit yang bisa menimbulkan gejala ringan hingga berat. Sementara itu vaksinnya belum tersebar luas, makanya kamu wajib melakukan pencegahan pertumbuhan nyamuk yang membawa virusnya.
Nah, di tengah meningkatnya risiko penyakit seperti chikungunya, penting untuk memiliki proteksi yang tepat. Allianz Flexi Medical hadir sebagai solusi perlindungan kesehatan yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kamu dan keluarga. Dengan manfaat pertanggungan rawat inap, tindakan medis, dan pemeriksaan laboratorium, kamu tak perlu khawatir terhadap beban finansial jika terkena penyakit seperti chikungunya.