Batuk pilek biasanya disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas. Ada banyak jenis virus yang bisa menyebabkan pilek, seperti rhinovirus, virus influenza (flu), adenovirus, hingga RSV (Respiratory Syncytial Virus).
Kadang, setelah sembuh dari satu infeksi, anak bisa tertular virus lain dari teman atau lingkungan sekitar. Itulah sebabnya, tidak mengherankan kalau orang tua merasa anaknya “tidak pernah benar-benar sembuh” dari batuk atau pilek.
Anak-anak, terutama yang masih balita, bisa mengalami batuk pilek cukup sering. Bahkan melansir dari Klikdokter, anak prasekolah yang sehat bisa terkena pilek setidaknya enam hingga sepuluh kali setahun. Hal ini masih sangat wajar karena sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang.
Di artikel ini, kita akan membahas mulai dari apa penyebab batuk pilek, gejalanya, cara mengobatinya di rumah, pengobatan yang aman, hingga tips mencegah anak terkena batuk pilek.
Penyebab Batuk Pilek pada Anak
Health Direct menjelaskan bahwa kebanyakan kasus anak batuk pilek disebabkan oleh virus. Virus ini menular lewat droplet dari mulut dan hidung saat orang batuk atau bersin. Droplet bisa berpindah lewat udara, permukaan, atau tangan yang terkontaminasi.
Mitos yang sering beredar adalah pilek disebabkan oleh kedinginan, kehujanan, atau keluar rumah dengan rambut basah. Padahal, hal-hal ini tidak secara langsung menyebabkan pilek karena yang jadi penyebab sebenarnya adalah virus.
Selain pilek biasa, ada kondisi lain yang juga bisa menimbulkan gejala batuk pilek, seperti:
Gejala Batuk Pilek pada Bayi dan Anak
Melansir dari NHS, ada beberapa gejala batuk pilek pada anak yang perlu kamu ketahui sebagai orang tua untuk mencegah penyakit yang lebih serius, diantaranya adalah
Gejala Batuk Pilek pada Bayi
- Demam 37,5 °C atau lebih
- Sesak napas atau napas cepat
- Batuk
- Tidak mau makan atau minum seperti biasa
- Buang air kecil atau besar lebih sedikit dari biasanya
Gejala pada Anak
- Demam 37,9 °C atau lebih
- Sesak napas
- Batuk
- Hidung berair atau tersumbat
- Bersin
Jika anak masih aktif bermain dan berperilaku normal, biasanya kondisinya tidak terlalu parah. Namun, ada juga gejala lain yang kadang muncul, seperti ruam, muntah, atau diare.
Cara Mengobati Batuk Pilek pada Anak di Rumah
Kebanyakan batuk pilek pada anak akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 5 – 7 hari tanpa obat khusus. Namun, yang paling penting adalah membuat anak merasa nyaman dan membantu tubuhnya melawan infeksi. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Istirahat Cukup
Melansir Healthy Children, biarkan anak istirahat di rumah untuk membantu tubuh melawan virus lebih cepat. Dengan beristirahat, sistem imun tubuh bisa bekerja secara lebih optimal untuk melawan virus penyebab pilek. Hal tersebut karena saat anak beraktivitas, tubuh membagi energi untuk banyak fungsi.
2. Cukupi Cairan Tubuh
Masih melansir dari Healthy Children, pastikan anak minum cukup cairan, seperti air putih untuk mencegah dehidrasi, terutama jika anak mengalami demam atau muntah. Jika mau ditambahkan dengan jus atau sup hangat juga diperbolehkan.
3. Atasi Hidung Tersumbat
Gunakan tetes atau semprotan saline untuk membantu melonggarkan lendir di hidung. Untuk bayi, gunakan alat penyedot lendir (nasal aspirator) setelah meneteskan saline guna membersihkan saluran hidung.
4. Gunakan Obat Batuk Pilek Sesuai Anjuran Dokter
5. Tidak Perlu Antibiotik
Kapan Harus Membawa Anak ke Dokter?
Melansir dari Health Direct, kamu perlu segera membawa anak ke dokter jika:
- Anak berusia di bawah 3 bulan dan sakit
- Gejala makin parah atau sangat mengganggu
- Tidak membaik setelah 48 jam
- Batuk terus-menerus lebih dari beberapa minggu
- Menolak makan atau minum selama lebih dari 6 jam
- Buang air kecil jauh lebih sedikit dari biasanya
- Demam tinggi
Selain itu, kamu juga harus segera cari pertolongan medis darurat jika anak:
- Kesulitan bernapas
- Bernapas jauh lebih cepat dari biasanya
- Kulit di sekitar leher atau tulang dada tertarik saat bernapas
- Kulit atau bibir pucat atau kebiruan
- Mengalami ruam yang tidak memudar saat ditekan
- Leher kaku atau sakit kepala parah
Beberapa gejala ini bisa menjadi tanda penyakit serius seperti meningitis atau infeksi bakteri berat, yang membutuhkan penanganan cepat.
Aturan saat Memberikan Obat pada Anak
Kalau kamu mau memberikan obat pada anak, baik itu obat resep dari dokter atau obat bebas yang dibeli di apotek, sebaiknya selalu bicarakan dulu dengan dokter atau apoteker. Ini penting agar obat yang diberikan aman dan sesuai kebutuhan anak.
Sebelum memberikan obat, Kids Health mengingatkan agar kamu sebagai orang tua telah mengetahui hal berikut:
- Nama dan fungsi obatnya untuk apa.
- Dosis, seberapa sering, dan berapa lama obat harus diberikan.
- Cara memberikannya, apakah diminum, dihirup, dioleskan ke kulit, atau digunakan di mata, telinga, atau dubur.
- Instruksi khusus, misalnya harus diminum sebelum atau sesudah makan.
- Cara penyimpanan yang aman dan berapa lama obat bisa digunakan.
- Efek samping yang umum dan apa yang harus kamu waspadai.
- Interaksi dengan obat lain yang sedang dikonsumsi anak.
- Langkah yang harus diambil kalau kamu lupa memberikan satu dosis.
Selain itu, jangan memberikan obat batuk atau pilek ke anak, terutama yang berusia di bawah 6 tahun, kecuali dokter yang menyarankannya. Obat-obat ini umumnya tidak banyak membantu anak kecil dan malah bisa menimbulkan efek samping yang serius.
Banyak produk batuk pilek untuk anak mengandung beberapa bahan aktif sekaligus, yang jika dikombinasikan dengan obat lain memiliki risiko overdosis. Jadi, lebih baik pastikan dulu ke dokter sebelum memberi obat jenis ini.
Tak Perlu Buru-Buru Berikan Obat
Memberikan obat dengan aman juga berarti tahu kapan obat sebenarnya tidak diperlukan. Dalam banyak kasus, perawatan sederhana di rumah sudah cukup membantu anak pulih lebih cepat.
Misalnya, kalau anak kena flu atau pilek, yang paling penting adalah istirahat cukup dan minum banyak cairan seperti air putih, jus, atau kaldu. Cara ini membantu mencegah dehidrasi dan memberi waktu tubuh untuk melawan penyakit.
Tips untuk Mengurangi Risiko Batuk Pilek
Sebagai orang tua, kamu mungkin tidak bisa memastikan bahwa anak kamu tidak akan terkena batuk pilek. Namun, yang pasti bisa kamu lakukan adalah mengurangi risiko batuk pilek pada anak dengan cara berikut:
- Ajarkan anak untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah batuk, bersin, atau membersihkan hidung, dan sebelum makan.
- Ajarkan anak menutup mulut dengan siku saat batuk atau bersin.
- Berikan anak pemahaman bahwa virus juga bisa tertular karena berbagi alat makan. Untuk itu, berikan edukasi pada anak untuk menghindari berbagi alat makan atau gelas dengan teman di sekolahnya.
- Gunakan tisu sekali pakai, lalu buang segera.
- Pastikan anak cukup tidur dan mengonsumsi makanan bergizi.
- Jauhkan anak dari orang yang sedang sakit flu.
Kalau anak masih batuk setelah flu, tetapi kondisinya baik, kemungkinan itu adalah batuk pascavirus yang bisa bertahan beberapa minggu. Tetap konsultasikan dengan dokter sebelum membiarkan anak kembali ke sekolah.
Jadi, batuk pilek pada anak memang umum terjadi, terutama karena sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang. Sebagian besar kasus akan sembuh sendiri dalam waktu singkat, tetapi penting bagi kamu untuk tahu tanda-tanda bahaya yang memerlukan perhatian medis segera.
Selain mengurangi risiko batuk pilek pada anak, kamu juga perlu meminimalkan beban finansial jika terjadi risiko jatuh sakit pada anak. Salah satu produk yang bisa kamu pertimbangkan adalah Allianz Flexi Medical Plan. Produk asuransi kesehatan tambahan yang memberikan manfaat maksimal dan fleksibel sesuai kebutuhan, mulai dari biaya rawat inap dan pembedahan, baik akibat penyakit tertentu maupun kecelakaan, penggantian biaya untuk penyakit kritis, perawatan darurat di rumah sakit, hingga santunan saat meninggal dunia, baik karena kecelakaan maupun penyebab lainnya, sesuai dengan tabel manfaat berdasarkan plan yang kamu pilih.
Batuk pilek pada anak memang sering membuat orang tua khawatir. Namun, sebagian besar kasus akan membaik dengan perawatan sederhana di rumah, seperti istirahat cukup, cukupi kebutuhan air harian, hingga menjaga kenyamanan anak. Meski demikian, kamu juga harus memerhatikan tanda-tanda dan jangan ragu untuk membawa anak ke dokter jika kondisinya tidak kunjung membaik.