Faktanya, diare menjadi klaim kedua yang paling banyak diajukan oleh nasabah Allianz selama bulan Juli-Agustus 2025, dengan berbagai penyebab. Ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan ini masih sangat sering terjadi di masyarakat.
Artinya, banyak orang yang mungkin belum mengetahui cara pencegahan diare yang benar atau menganggapnya sebagai penyakit biasa yang tidak akan mengganggu aktivitas harian atau menyebabkan komplikasi. Padahal, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Agar kamu lebih waspada dan tahu cara melindungi diri, mari kita pahami dulu penyebab diare dan bagaimana mencegahnya serta mengatasinya dengan tepat.
Penyebab Diare yang Sering Terjadi
Sebelum membahas cara pencegahan diare, kamu perlu tahu apa saja penyebab umumnya. Dengan mengetahui sumber masalah, kamu jadi lebih mudah menghindarinya.
1. Infeksi Virus, Bakteri, dan Parasit
Sebagian besar kasus diare disebabkan oleh infeksi saluran pencernaan. Virus seperti rotavirus dan norovirus bisa menular dari tangan atau makanan yang terkontaminasi.
Misalnya, bakteri seperti E. coli dan Campylobacter yang sering ditemukan pada makanan yang kurang bersih atau tidak matang sempurna, serta parasit seperti Giardia Lamblia bisa menyebar melalui air yang tidak higienis.
2. Makanan Tertentu
Beberapa jenis makanan bisa memicu diare, terutama jika sistem pencernaan kamu sensitif, seperti:
- Makanan berminyak atau berlemak
- Makanan pedas
- Produk susu yang mengandung laktosa
- Makanan dengan pemanis buatan
- Kopi atau minuman berkafein
- Sayuran tinggi FODMAP seperti bawang, termasuk bawang putih, dan kacang-kacangan
Jika kamu sering mengalami diare setelah mengonsumsi jenis makanan tertentu, ada kemungkinan tubuh kamu tidak cocok dengan makanan tersebut.
3. Obat-Obatan
Menurut situs One Well Back, beberapa obat, seperti antibiotik, obat tekanan darah, atau obat antasida, bisa memicu diare sebagai efek samping. Jadi, penting untuk selalu membaca informasi obat dan konsultasi dengan dokter jika diare berlangsung lama setelah mengonsumsi obat tertentu. Selain itu, jangan sembarangan mengonsumsi obat, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter jika jatuh sakit.
4. Stres
Tanpa disadari, stres juga bisa menjadi pemicu diare. Saat kamu stres, otak mengirim sinyal ke usus dan memicu pergerakan usus yang lebih cepat sehingga menyebabkan buang air besar lebih sering.
5. Kondisi Medis Tertentu
Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan diare kronis antara lain:
- Penyakit Radang Usus (IBD). Kondisi ini menyebabkan peradangan di saluran pencernaan. Gejalanya berupa diare terus-menerus yang kadang disertai darah, nyeri perut, dan penurunan berat badan.
- Sindrom Usus Iritabel (IBS). Disebabkan karena sensitivitas berlebihan pada usus. Gejalanya bisa berupa diare, kembung, dan nyeri perut yang sering kambuh terutama saat stres atau mengonsumsi makanan tertentu.
- Diare akibat Asam Empedu. Dalam kondisi normal, asam empedu membantu mencerna makanan. Namun, jika penyerapannya terganggu, asam empedu bisa masuk ke usus besar dan memicu diare yang bersifat encer dan sering.
- Intoleransi Makanan. Pada intoleransi laktosa, tubuh tidak bisa mencerna gula dari susu sehingga menyebabkan diare dan kembung setelah mengonsumsinya.
- Penyakit Celiac. Ini adalah reaksi autoimun terhadap gluten yang merusak usus halus dan menyebabkan gangguan pencernaan jangka panjang.
- Gangguan Pankreas. Pankreas bertugas menghasilkan enzim untuk mencerna makanan. Jika fungsi pankreas melemah, misalnya akibat konsumsi alkohol jangka panjang, makanan tidak tercerna dengan baik dan menyebabkan diare berlemak atau berminyak.
Pencegahan Diare yang Bisa Diterapkan Setiap Hari
Berikut adalah langkah-langkah pencegahan diare yang paling efektif dan mudah dilakukan, terdiri dari:
1. Jaga Kebersihan Tangan
Pastikan mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, setelah dari toilet, atau setelah memegang benda kotor. Ini adalah cara paling sederhana namun paling ampuh untuk mencegah infeksi.
2. Perhatikan Kebersihan Makanan dan Minuman
Caranya adalah dengan:
- Memastikan makanan dimasak hingga matang.
- Menghindari es batu yang tidak jelas sumber airnya.
- Memilih air minum dalam kemasan jika diragukan kebersihannya.
- Tidak mengonsumsi makanan yang sudah disimpan terlalu lama tanpa pendingin.
Kamu juga perlu memerhatikan kualitas air galon atau air isi ulang. Air galon yang terkontaminasi bisa menyebabkan tidak higeinis. Maka, pilih depot resmi atau rebus kembali air isi ulang sebelum diminum, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak.
Selain memerhatikan kebersihan, dan kualitas makanan dan minuman, jangan biarkan makanan matang lebih dari 2 jam di suhu ruangan. Jika tidak langsung dimakan, simpan di kulkas agar bakteri tidak berkembang biak.
3. Ganti Spons dan Lap Dapur Secara Rutin
Spons, serbet, atau lap cuci piring adalah salah satu benda yang paling gampang jadi sarang bakteri di dapur, namun sayangnya sering terlupakan untuk diganti secara rutin. Sebaiknya, ganti seminggu sekali atau rendam menggunakan air panas untuk membunuh kuman.
4. Sterilkan Mainan Anak dan Benda yang Sering Disentuh
Mainan, remote TV, atau handphone sering menjadi media penyebaran kuman. Bersihkan menggunakan lap dengan disinfektan ringan secara rutin, terutama jika ada anak kecil yang suka memasukkan benda ke mulut.
5. Hati-Hati saat Bepergian
Jika kamu bepergian ke daerah dengan sanitasi rendah, maka pastikan untuk:
- Minum hanya air kemasan, bahkan untuk menyikat gigi.
- Hindari makan di kaki lima.
- Makan hanya makanan panas dan baru dimasak.
- Kupas sendiri buah atau sayuran sebelum dimakan.
- Pertimbangkan vaksinasi hepatitis A dan tifus sebelum perjalanan.
6. Kenali Makanan yang Tidak Cocok untuk Tubuh
Jika kamu merasa sering diare setelah mengonsumsi susu, kopi, atau makanan pedas, coba hindari sementara untuk melihat perbedaannya.
7. Pisahkan Talenan untuk Daging dan Sayur
Menggunakan talenan berbeda untuk bahan mentah saat memasak adalah cara untuk mencegah kontaminasi silang yang bisa memicu diare.
8. Bersihkan Wastael dan Saluran Air
Sisa makanan yang menempel bisa menjadi tempat bakteri tumbuh. Pastikan untuk selalu menyiram saluran air dengan air panas atau cairan pembersih untuk membunuh kuman secara berkala.
9. Kelola Stres Juga Pencegahan Diare
Melakukan olahraga ringan, meditasi, dan tidur cukup bisa membantu sistem pencernaan kamu tetap stabil saat merasa stres sehingga tidak sampai memicu diare.
Bagaimana Jika Sudah Terlanjur Diare?
Tenang, diare ringan biasanya bisa sembuh sendiri dengan perawatan di rumah. Cleveland Clinic mengatakan, kamu bisa melakukan hal berikut:
- Minum banyak cairan mengandung elektrolit seperti oralit, jus yang diencerkan, atau kaldu hangat.
- Makan makanan yang bisa mengeraskan tinja seperti pisang, nasi putih, roti panggang, dan apel, yang dikenal sebagai diet BRAT.
- Hindari kopi, alkohol, dan susu sementara waktu.
- Jika perlu, gunakan obat diare yang dijual bebas, tetapi tetap sesuai aturan dan petunjuk di kemasan obat.
Gejala yang Perlu Diperhatikan
Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain:
- Diare tidak berhenti dalam 2 – 3 hari.
- Mengalami demam, nyeri perut parah, atau tinja berdarah.
- Terdapat tanda dehidrasi seperti mulut kering, jarang buang air kecil, atau tubuh terasa lemas.
Simpulannya, pencegahan diare adalah kombinasi dari kebersihan, pola makan yang tepat, pengelolaan stres, dan kewaspadaan terhadap kondisi medis tertentu. Mengingat diare bahkan menjadi salah satu klaim kesehatan tertinggi di perusahaan asuransi besar seperti Allianz, kamu sebaiknya mulai lebih peduli terhadap kesehatan pencernaan kamu.
Namun, selain menjaga kesehatan, pastikan kamu juga memiliki asuransi kesehatan seperti Allianz Flexi Medical Plan sebagai produk asuransi kesehatan tambahan yang dirancang untuk memberikan perlindungan menyeluruh sekaligus fleksibilitas sesuai kebutuhan kamu.
Mulai dari manfaat rawat inap, tindakan bedah akibat penyakit maupun kecelakaan, hingga perlindungan untuk penyakit kritis dan layanan darurat di rumah sakit. Bahkan, tersedia juga santunan jika terjadi risiko meninggal dunia, baik karena kecelakaan maupun sebab lainnya, semuanya disesuaikan dengan plan yang kamu pilih.
Selain manfaat yang akan kamu terima, pengajuan klaim juga sangat mudah dengan dua pilihan, yaitu cashless dan reimbursement.
Langkah-langkah untuk mengajukan klaim melalui fasilitas cashless, di antaranya adalah
- Membawa kartu Allianz dan KTP/identitas resmi lainnya ke RS Jaringan Allianz.
- Bagian Administrasi RS menghubungi Medical Hotline Allianz dan meminta persetujuan Rawat Inap.
- Menandatangani Formulir Pelayanan Medis dan menjalani perawatan.
- Menjalani rawat inap dengan menggunakan fasilitas Cashless.
- Biaya pelayanan kesehatan dibayarkan terlebih dahulu oleh Allianz sesuai hak Peserta. Bila terdapat ekses klaim, akan ditagihkan kepada peserta melalui perusahaan.
- Pulang ke rumah dan kembali berkumpul dengan keluarga tercinta.
Sementara untuk metode reimbursement, kamu perlu terlebih dahulu membayar biaya rumah sakit, baru kemudian mengajukan klaim penggantian ke perusahaan asuransi. Berikut langkah-langkahnya:
- Unduh formulir klaim.
- Siapkan dokumen pendukung, yaitu formulir klaim asuransi kesehatan Allianz yang diisi lengkap dan ditandatangani, resume medis, kuitansi asli dengan stempel atau logo rumah sakit, rincian biaya beserta salinan resep obat, dokumen hasil penunjang medis.
- Unggah formulir klaim beserta dokumen pendukung melalui eAZy Connect atau kirimkan dokumen fisik ke Allianz Document Management Center (ADMC) yang dapat dilakukan secara gratis dari loket PT Pos Indonesia.
Apa pun metode klaim yang kamu pilih, produk perlindungan kesehatan tambahan ini memastikan kamu akan mendapatkan perawatan yang dibutuhkan, termasuk untuk penyakit diare.