Perlukah Menjalani Tes Kesuburan? Temukan Jawabannya di Sini!

21 Desember 2022 | Allianz Indonesia
Memahami tentang kesuburan jadi langkah awal mempersiapkan diri menjadi orangtua.
Bagi sebagian pasangan yang telah menikah, memiliki keturunan  adalah hal yang diimpikan. Biasanya topik seputar memiliki keturunan sudah mulai dibahas sejak awal atau bahkan sebelum pernikahan. Mulai dari berapa jumlah anak yang diinginkan, kapan waktu yang tepat, hingga mulai memikirkan nama si calon bayi. Di samping pembahasan tersebut, pasangan juga harus belajar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan fertility atau kesuburan.
Fertility adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan melalui reproduksi setelah permulaan kematangan seksual. Sebagai alat ukur, tingkat kesuburan merupakan jumlah anak yang lahir per pasangan, orang, maupun populasi.

Fertility dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya:

1. Usia

Secara teori, seorang wanita tetap dapat mengandung sampai menjelang menopause. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa usia memiliki pengaruh terhadap segala hal dalam tubuh kita. Seiring dengan bertambahnya usia, sel telur pada wanita dan sel sperma pada pria juga akan berkurang, baik jumlah maupun kualitasnya.

Menurut Cleveland Clinic, kehamilan pada wanita di atas usia 35–40 tahun juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk ibu dan bayinya, seperti lebih berisiko mengalami keguguran, tekanan darah tinggi, diabetes gestational, dan mengharuskan persalinan secara caesar. Sementara, risiko bagi sang bayi di antaranya adalah kelahiran prematur, kelainan kromosom, dan berat badan lahir yang rendah.

 

Baca juga: Sebelum USG, Lakukan Ini Dulu Yuk Saat Periksa Kehamilan Pertama

 

2. Berat badan dan gaya hidup

Pasangan suami istri disarankan untuk menjaga berat badan ideal jika berencana untuk segera hamil. Terlalu kurus atau terlalu gemuk sama-sama berisiko terhadap kesuburan karena memengaruhi proses pematangan sel telur, jumlah serta kualitas sperma.

Usahakan untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat bersama pasangan kamu. Selain menghindari rokok dan alkohol, cobalah bergerak aktif dengan berolahraga ringan secara teratur, mengelola stres, dan beristirahat dengan cukup.

3. Masalah pada organ reproduksi

Wanita dikaruniai organ reproduksi yang sedikit lebih kompleks dibandingkan pria. Kondisi seperti kista, polycystic ovarian syndrome (PCOS), dan endometriosis adalah beberapa contoh masalah yang ditemui pada beberapa organ reproduksi wanita. Akan tetapi, bukan berarti wanita dengan kondisi tersebut tidak dapat hamil.

Apabila kamu atau istri kamu sedang mengalami kondisi tersebut, segara konsultasikan ke dokter untuk penanganan yang tepat dan profesional. Hal tersebut untuk mempercepat memilih opsi perawatan yang bisa dilakukan.

Mengutip dari Halodoc, data dari American Society of Reproductive Medicince (ASRM) menyebutkan bahwa 40% kasus ketidaksuburan disebabkan oleh ketidaksuburan faktor pria, sedangkan 25% dari ketidaksuburan wanita disebabkan oleh ovulasi yang tidak normal. Akan tetapi, karena kehamilan melibatkan pihak pria dan wanita, maka sebaiknya keduanya melakuan tes kesuburan.

Sebelum menikah, pasangan dianjurkan untuk melakukan tes kesehatan pranikah standar untuk mengetahui kondisi kesehatan masing-masing meski tes kesuburan sebelum menikah sebenarnya tidak wajib untuk dilakukan. Berikut sejumlah tes kesuburan pria dan wanita yang mungkin bisa kamu ikuti:

Tes kesuburan wanita mungkin termasuk beberapa tes berikut:
  • Pemeriksaan ginekologi dasar.
  • Tes penyakit menular seksual.
  • Tes darah untuk memeriksa sindrom trombofilia dan antifosfolipid, serta berbagai hormon termasuk LH, FSH, hormon tiroid, hormon androgen, prolaktin, estradiol (E2), dan progesteron.
  • Ultrasonografi untuk memeriksa bentuk dan ketebalan lapisan rahim. Juga untuk memastikan apakah terdapat kista, fibroid, dan terkadang untuk memastikan terjadinya ovulasi.
  • HSG atau histerosalpingogram untuk memeriksa apakah saluran tuba terbuka dan tidak tersumbat.
  • Histeroskopi. Tes ini dilakukan jika pemeriksaan HSG menunjukkan potensi kelainan atau tidak dapat disimpulkan.
  • Sonohisterogram dengan penempatan cairan steril di dalam rahim melalui kateter, lalu mengevaluasi rahim dan dinding rahim melalui USG.
  • Laparoskopi diagnostik. Tes ini adalah yang paling invasif dan dilakukan jika gejala menunjukkan endometriosis, sebagai bagian dari pengobatan tuba falopi yang tersumbat, atau dalam beberapa kasus infertilitas yang tidak dapat dijelaskan.

Sementara untuk pria, tes yang dilalui umumnya berupa:

  • Pemeriksaan fisik umum oleh ahli urologi.
  • Analisis sperma khusus, termasuk pengujian genetik sperma (mencari keberadaan antibodi) dan evaluasi sperma yang tidak bergerak (untuk melihat apakah mereka hidup atau mati).
  • Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon, biasanya FSH dan testosteron, tetapi terkadang juga LH, estradiol, atau prolaktin.
  • Tes penyakit menular seksual.
  • Ultrasonografi, untuk mengevaluasi vesikula seminalis dan skrotum.
  • Urinalisis pasca ejakulasi (tes urin), untuk memeriksa ejakulasi retrograde.
  • Biopsi testis, yang melibatkan pengangkatan jaringan testis melalui prosedur bedah kecil.
  •  Vasografi, yaitu sinar-X khusus yang digunakan untuk mencari penghalang pada organ reproduksi pria.

 

Baca juga: Simak Panduan Hamil Aman dan Sehat bagi Ibu Berusia 30 Tahun ke Atas

 

Tentunya tes kesuburan yang dijalani tergantung dari hasil pemeriksaan awal. Jadi, bukan berarti kamu dan pasangan harus menjalani seluruh tes yang sudah dijabarkan, ya. Namun, jika kamu mengalami hal-hal ini, jangan menunda untuk melakukan tes kesuburan dan mencari perawatan medis yang tepat:

  1. Telah berusia lebih dari 35 tahun
  2. Telah mengalami infertilitas selama lebih dari 2 tahun
  3. Mengalami menstruasi yang tidak teratur
  4. Kamu atau pasangan kamu memiliki masalah seksual
  5. Sebelumnya pernah menjalani operasi di bagian perut
  6. Telah menjalani lebih dari enam siklus pengobatan induksi ovulasi
  7. Telah menjalani lebih dari empat siklus SO-IUI (Superovulation Intrauterine Insemination)

Memiliki anak membutuhkan usaha dan dukungan dari kedua pihak dan orang-orang di sekitar. Banyak orang yang merasa ragu untuk melakukan tes karena takut dengan kemungkinan yang harus dihadapi. Padahal waktu adalah faktor penentu yang tidak kalah penting. Semakin cepat kamu mengetahui penyebabnya, semakin cepat kamu bisa mencari penanganan yang tepat. Tetap semangat, saling mendukung, dan berdoa ya, pejuang garis biru!

Author: Allianz Indonesia
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan membuka kantor perwakilan di tahun 1981. Kini Allianz Indonesia hadir untuk bisnis asuransi umum, asuransi jiwa, kesehatan, dana pensiun dan asuransi syariah yang didukung oleh lebih dari 1.400 karyawan dan lebih dari 20.000 tenaga penjualan dan ditunjang oleh jaringan mitra perbankan dan mitra distribusi lainnya untuk melayani lebih dari 7 juta tertanggung di Indonesia.
Pilihan Artikel yang direkomendasikan

Nov 08, 2023

Okt 26, 2023