Tips Menghadapi Tantangan Ekonomi di Tengah Pandemi

24 September 2020 | Allianz Indonesia
Pandemi COVID-19 telah memukul perekonomian banyak negara. Tak terkecuali Indonesia. Kekhawatiran terbesar dampak dari pandemic covid 19 dan belum adanya vaksin serta obat adalah akan terjadinya resesi ekonomi. 

Pandemi COVID-19 telah memukul perekonomian banyak negara. Tak terkecuali Indonesia. Kekhawatiran terbesar dampak dari pandemic covid 19 dan belum adanya vaksin serta obat adalah akan terjadinya resesi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hampir seluruh negara di kuartal II mengalami penurunan, seperti Perancis -19%, India -18,9%, Singapura -12,60%, Amerika -9,50% hanya Tiongkok yang masih positif di 3,2%. 

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, pada kuartal II-2020 lalu pertumbuhan Indonesia turun 5,32%. Presiden Joko Widodo pada awal September 2020 mengatakan, jika pada kuartal III-2020 ini perekonomian Indonesia masih menunjukkan minus, itu artinya kita juga masuk pada masa resesi ekonomi.

Karena itu Presiden Joko Widodo mendesak seluruh kepala daerah, baik gubernur, bupati, dan wali kota untuk mempercepat penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ini khususnya yang berkaitan dengan belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial (bansos). Bank Dunia sendiri pada Juni 2020 lalu memprediksi perekonomian dunia tahun ini akan minus 5,2%.

Sebetulnya, apa itu resesi ekonomi? Dan mengapa resesi perlu dihindari oleh banyak negara? Resesi ekonomi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut. Hal ini ditandai dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang minus. Efek dari resesi ialah ekonomi yang lesu, sehingga berdampak pada daya beli masyarakat melemah, penghasilan merosot, rendahnya tingkat konsumsi, investasi tidak bergairah, hingga gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kondisi saat ini, apa yang harus dilakukan?

Enam bulan sejak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia, belum ditemukannya vaksin serta pemberlakukan PSBB dibeberapa wilayah membuat tatanan kehidupan banyak yang harus berubah. Pembatasan aktivitas, membuat banyak perusahaan yang melakukan pemotongan gaji karyawan, merumahkan karyawan atau cuti di luar tanggungan, PHK, kredit macet, dan penundaan ekspansi oleh pengusaha.

Selama pandemi, bursa saham juga bergerak fluktuatif merespons setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam menangani wabah virus corona.

Pengamat ekonomi Eric Sugandi seperti dikutip Kompas, September 2020 mengatakan, satu-satunya cara menghindarkan Indonesia dari resesi ialah dengan memulihkan daya beli masyarakat. Dengan adanya program pemulihan ekonomi nasional, daya beli masyarakat diharapkan segera pulih. Pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp. 695,2 T untuk menangani covid 19 dan mempercepat pemulihan ekonomi dengan focus pada kesehatan, perlidungan social, insentif usaha, UMKM, pembiayaan korporasi dan sektoral K/L & Pemda

Yang jelas, kondisi apapun yang terjadi saat ini, dan belum pastinya kapan pandemi ini selesai, kamu tidak sendirian menghadapinya. “We are in the same storm.” Begitu jargon yang banyak dipakai untuk menggambarkan situasi umat manusia menghadapi pandemi. Lantas, apa yang harus kita lakukan?

1. Amankan sumber penghasilan

Pertahankan sumber penghasilan seberapapun sulitnya. Jika kamu adalah karyawan, maka tunda dulu rencana resign atau pensiun dini. Sebab, dalam kondisi pandemi dan resesi, cashflow akan menyelamatkan kita di kondisi darurat, misalnya jatuh sakit. Jika kamu seorang pekerja lepas dengan banyak klien atau pemberi kerja, berusahalah sekuat mungkin agar kontrakmu tetap berjalan. Dengan demikian, penghasilan kamu selama masa pandemi ini tetap aman. Kamu juga bisa mulai mempertimbangkan alternative penghasilan, contoh berjualan online dan lain-lain. Manfaatkan talenta yang kamu miliki saat ini untuk menghasilkan pendapatan.

 

Baca juga: Berkaca pada Kasus Super Spreader di Korea Selatan, Ternyata Nongkrong di Kafe Berisiko Tinggi Tertular COVID-19

 

2. Amankan dana darurat

Masa pandemi dan resesi ekonomi adalah masa dimana ketahanan dana darurat kamu diuji. Jika kamu disiplin menjaga porsi dana darurat, maka seberat apapun kondisi ekonomi yang kamu hadapi saat ini, kamu dan keluarga tetap dapat melanjutkan hidup tanpa berhutang. Untuk kamu yang lajang, para perencana keuangan umumnya menyarankan untuk menyiapkan dana darurat minimal tiga hingga enam kali pengeluaran bulanan. Sementara bagi kamu yang telah berkeluarga, baik punya anak atau belum punya anak, maka idealnya kamu menyiapkan dana darurat enam kali hingga sembilan kali pengeluaran bulanan. Sesuai namanya, dana darurat ini bisa kamu gunakan untuk hal-hal mendesak, seperti biaya pengobatan jika kamu atau anggota keluarga sakit, bayar utang agar tidak macet, atau membiayai kebutuhan sehari-hari jika kehilangan pekerjaan. Dana darurat dapat disimpan dalam tabungan, deposito atau instrument pasar uang lainnya.

3. Hindari pengeluaran besar

Tunda dulu segala rencana yang membutuhkan pengeluaran besar, terlebih jika itu harus mengambil dana darurat kamu. Tanyakan Kediri kamu sebelum belanja, Keinginan atau kebutuhan Misalnya, jika kamu berencana membeli gadget puluhan juta Rupiah dan berniat menggunakan dana darurat, ada baiknya rencana tersebut ditunda hingga kamu benar-benar punya dana yang cukup untuk keperluan tersebut, tanpa mengutak-atik dana darurat. Sebaliknya, jika kamu memang punya rencana mendesak, contohnya menikah, dan kamu telah memiliki tabungan khusus untuk itu tanpa mengutak-atik dana darurat, maka kamu boleh saja tetap melangsungkan acara tersebut.

 

Baca juga: Inilah Starter Pack Inovasi Penangkal COVID-19

 

4. Hindari utang

Tujuan menghindari pengeluaran besar ialah agar kamu terhindar dari utang. Di masa tidak menentu seperti sekarang ini, kita tidak tahu apakah besok masih memiliki penghasilan atau tidak, apakah penghasilan akan bertahan atau berkurang, dan sampai kapan kondisi ini akan berlangsung. Jadi, sebaiknya hindari diri kamu dari kewajiban utang yang akan membuat cashflow kamu semakin tertekan. Sebab, jika di tengah jalan kamu tidak mampu membayar cicilan utang, maka kamu akan menanggung bunga yang menggulung, yang lagi-lagi akan menekan arus kas kamu.

5. Jika kehilangan pekerjaan, segera cari sumber penghasilan baru

Saat kehilangan pekerjaan, jangan lama-lama larut pada kesedihan. Cobalah mencari sumber penghasilan baru, baik membuka usaha sendiri atau melamar pekerjaan di perusahaan lain. Jangan takut mencoba hal yang sebelumnya belum pernah kamu coba. Dengan konsisten mengeluarkan waktu dan tenaga sama seperti yang kamu curahkan sebelumnya, maka kamu sudah berada di jalur yang tepat dalam memupuk jam terbang dan keahlian. Sembari menyiapkan sumber penghasilan baru agar stabil, kendalikan pengeluaran dengan berhemat berdasarkan skala prioritas. Ini bermanfaat agar pengeluaran tidak lebih banyak dari pemasukan, yang bisa berakhir pada jerat utang.

 

Baca juga: Bahaya Klaster Keluarga dalam Penularan Covid-19 dan Cara Mencegahnya

 

Yang tak kalah penting dalam menghadapi situasi tidak pasti seperti ini ialah memastikan asuransi kesehatan dan asuransi jiwa kamu tetap aktif. Dengan memiliki asuransi yang aktif, maka kamu bisa bekerja dan berusaha dengan tenang, meski di tengah ketidakpastian ekonomi dan pandemi. Dengan ulasan di atas, semoga kini kamu siap menghadapi resesi dan tetap optimis.

Author: Allianz Indonesia
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan membuka kantor perwakilan di tahun 1981. Kini Allianz Indonesia hadir untuk bisnis asuransi umum, asuransi jiwa, kesehatan, dana pensiun dan asuransi syariah yang didukung oleh lebih dari 1.400 karyawan dan lebih dari 20.000 tenaga penjualan dan ditunjang oleh jaringan mitra perbankan dan mitra distribusi lainnya untuk melayani lebih dari 7 juta tertanggung di Indonesia.
Pilihan Artikel yang direkomendasikan

Nov 08, 2023

Okt 26, 2023