Federal Reserve (The Fed) untuk pertama kalinya sejak 2020 melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 0.25 persen atau 25 basis poin menjadi 4,00–4,25%. Bahkan, diperkirakan akan terjadi dua kali pemangkasan tambahan sebelum akhir tahun.
Kebijakan ini sejalan dengan prediksi sejumlah lembaga keuangan global, seperti Morgan Stanley dan Deutsche Bank, yang memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali antara September hingga Desember 2025.
Kenapa Ini Penting untuk Indonesia?
Ketika suku bunga acuan di AS turun, otomatis imbal hasil investasi di negara maju bisa jadi kurang menarik dibandingkan negara berkembang. Ini artinya, negara seperti Indonesia lebih berpeluang untuk dilirik para investor.
Di sisi lain, melansir dari Perhimpunan Bank Nasional, Bank Indonesia (BI) juga telah lebih dulu melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16–17 September 2025, diputuskan penurunan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 basis poin menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%. Ini merupakan penurunan kelima sepanjang tahun 2025, dengan total penurunan mencapai 125 basis poin. Langkah ini menunjukkan bahwa BI berperan aktif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dengan memberi ruang likuiditas yang lebih longgar.
Kombinasi pelonggaran suku bunga dari bank sentral global dan Indonesia mendorong pergeseran aliran dana investor dari pasar negara maju (Developed Markets/DM) ke pasar negara berkembang (Emerging Markets/EM), yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi. Indonesia menjadi salah satu destinasi utama di kawasan EM, didukung oleh fundamental ekonomi yang solid dan kehadiran Danantara, yang semakin memperkuat daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi strategis.
Peluang untuk Pemegang Polis Unit Link
Bagi pemegang polis unit link, kondisi ini membuka peluang positif terhadap potensi perbaikan kinerja dana investasi. Likuiditas yang meningkat dan potensi kenaikan harga aset di pasar Indonesia dapat berdampak positif terhadap nilai tunai dari unit link.
Selain itu, penurunan suku bunga juga berpotensi menurunkan bunga deposito, sehingga unit link dengan aset dasar obligasi menjadi alternatif investasi yang lebih menarik bagi nasabah yang menginginkan pertumbuhan jangka panjang.
Melalui strategi alokasi yang bijak dan pemantauan berkala, pemegang polis unit link dapat memanfaatkan momentum ini untuk menjaga keseimbangan antara perlindungan asuransi dan potensi pertumbuhan nilai investasi, serta tetap relevan dengan kondisi pasar yang dinamis.