Simak 7 Strategi agar Bisnis Tetap Bergulir Selama Pandemi

15 Juni 2020 | Allianz Indonesia
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal tahun telah mengganggu kehidupan umat manusia di berbagai sektor. Di bidang ekonomi, masyarakat menghadapi ketidakpastian yang muncul seiring dengan upaya pencegahan penyebaran virus corona.

Nyaris tidak ada usaha mikro, kecil, dan mengengah (UMKM) yang tidak terpengaruh oleh kebijakan pencegahan penyebaran virus corona. Ada sebagian UMKM yang harus mengurangi kegiatan, tidak sedikit juga yang harus memangkas karyawan hingga berhenti beroperasi untuk sementara waktu.

Agar bisnis kamu tetap bergulir, maka kamu harus segera beradaptasi dan melakukan beberapa langkah agar bisnis bertahan. Berikut tujuh strategi yang bisa kamu upayakan untuk mempertahankan bisnis di masa pandemi COVID-19.

1. Melakukan restruktrusasi kredit

Pembatasan sosial yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus corona mengakibatkan banyak bisnis harus menderita penurunan pendapatan. Situasi ini tentu bisa berujung ke pemasukan yang lebih rendah dibandingkan pengeluaran. Mismatch antara pendapatan dan biaya ini tentu menyulitkan pebisnis yang memiliki utang. Di saat pendapatan merosot, mereka tetap memiliki kewajiban untuk melunasi utang.

Jika kamu termasuk pebisnis yang mengalami penurunan pendapatan yang sedemikian drastis, tidak ada salahnya untuk mengajukan permohonan restrukturisasi kredit. Apalagi, banyak bank dan multifinance juga membuka pintu bagi permohonan restrukturisasi yang diajukan oleh pebisnis yang terdampak wabah corona. Bentuk restrukturisasi yang bisa kamu dapatkan seperti perpanjangan waktu pelunasan. Restrukturisasi semacam ini bisa membantu melancarkan arus kas usahamu.

 

Baca juga: Kenali Serba-serbi New Normal agar Kamu Siap Menghadapinya

 

Simak 7 Strategi agar Bisnis Tetap Bergulir Selama Pandemi

2. Menunda rencana penambahan modal kerja

Pandemi COVID-19 datang begitu tiba-tiba dan memberikan dampak penurunan ekonomi yang besar. Lagi-lagi, tak ada satupun dari kita yang bisa mengetahui sampai kapan pandemi ini akan berlangsung, berikut efek domino yang menyertainya. Karena itu, kamu juga harus bersikap fleksibel dalam mengubah rencana bisnis yang kamu buat di masa-masa sebelum pandemi terjadi. Terutama rencana ekspansi yang membutuhkan tambahan dana dalam bentuk utang.

Di saat roda ekonomi berputar sedemikian perlahan, seperti saat sekarang, kamu sebaiknya menunda seluruh rencana bisnis, yang membutuhkan penambahan modal kerja. Rencana semacam itu bisa kamu eksekusi setelah pasar kembali normal, seiring dengan usainya wabah akibat virus corona.

3. Menegosiasikan biaya sewa

Komponen biaya tetap yang lazim muncul di berbagai usaha adalah biaya sewa. Biaya ini bisa berupa sewa kantor, sewa gerai penjualan, atau sewa gudang. Seperti juga halnya cicilan utang, biaya sewa ini sangat mungkin memberatkan para pebisnis. Di satu sisi, pendapatan merosot akibat pembatasan sosial. Di sisi lain, biaya tetap semacam ini tetap ada.

Layaknya juga cicilan utang, biaya sewa sejatinya bisa dibicarakan ulang dengan pemilik properti. Bentuk keringanan yang kamu minta bisa berupa pengunduran jangka waktu pembayaran, atau pemotongan biaya untuk periode tertentu.

Si pemilik properti seharusnya bersikap terbuka terhadap pembahasan semacam ini. Mengapa? Pandemi COVID-19, yang menjadi penyebab penurunan bisnis kamu merupakan sesuatu yang tidak bisa diprediksi siapa pun. Selain itu, si pemilik properti juga tidak akan mudah mencari penyewa baru di saat sulit seperti sekarang.

 

Baca juga: Imbauan Asuransi Perjalanan Terkait Pandemi COVID-19

 

4. Bersikap transparan dengan para pekerja

Gangguan yang dialami oleh sebuah usaha, pada dasarnya tidak hanya mempengaruhi si pemilik, tetapi juga para pekerja. Di saat pendapatan usaha merosot, bukankah si pemilik bisnis akan kesulitan memenuhi biaya dan kewajiban, termasuk gaji karyawan?

Karena itu, seorang pebisnis sudah seharusnya bersikap transparan terhadap karyawan. Bahaslah seluruh opsi yang tersedia untuk mengatasi kesulitan yang sedang membelit usaha kamu. Jika pendapatan masih mencukupi untuk menutup gaji karyawan, kamu tak perlu menawarkan langkah penurunan gaji, atau pemberhentian karyawan. Tapi jika situasi keuangan sudah sedemikian beratnya, kamu harus berani membahas opsi yang tidak populer itu dengan para karyawan.

5. Melakukan kerjasama promosi dengan pebisnis lain

Kendati pasar sedang lesu akibat pembatasan sosial, upaya pemasaran sebisa mungkin tetap kamu jalankan. Namun mengingat kondisi keuangan usaha di masa kini, tentu upaya pemasaran yang kamu lakukan tidak bisa sebesar kegiatan di masa normal.

Nah, salah satu cara yang bisa kamu lakukan untuk menyiasati kegiatan promosi adalah melakukan kerja sama dengan pebisnis lain. Bentuk kerjasama bisa berupa kamu dan pengusaha lain berbagi biaya untuk mempromosikan produk atau jasa di sebuah media. Atau, kamu bisa melakukan promosi via usaha orang lain, dan sebaliknya. Misal, kamu menitipkan brosur di gerai retail milik pebisnis lain. Dan imbalannya, si pemilik ritel bisa menitipkan brosur usahanya di outlet penjualan kamu.

6. Memperluas pasar dengan go online

Pentingnya memiliki jalur penjualan secara online sangat kasat mata di masa pembatasan sosial ini. Karena itu, jika bisnis kamu belum eksis di dunia maya, inilah saatnya kamu membawa usaha kamu go online.

Jika kamu pengusaha produk atau jasa kelas menengah kecil, kamu bisa go online dengan menjadi mitra dari plaltform e-commerce yang sudah ada saat ini. Dengan menjadi mitra e-commerce, kamu bisa mendapatkan pelatihan tentang apa saja langkah yang perlu kamu siapkan saat bisnis kamu go online.

 

Baca juga: 6 Hal yang Harus Dipersiapkan Ketika Harus Kembali Masuk Kantor Setelah Lama WFH

 

7. Membuat produk baru

Agar bisnis tetap survive melalui masa pandemi, jangan menutup diri terhadap berbagai opsi. Strategi mengubah arah bisnis, seperti membuat produk baru, bisa jadi merupakan penyelamat bisnis kamu di masa pandemi.

Beralih ke produk baru bisa dilakukan oleh, misalnya, para desainer. Di saat pembatasan sosial, kebutuhan akan baju pesta, tentunya sangat minim. Untuk bertahan, para desainer dan karyawannya bisa saja beralih ke usaha pembuatan alat pelindung diri, seperti masker atau face shield, yang sedang laris manis.

Pandemi datang begitu tiba-tiba tanpa bisa diprediksi. Seorang pebisnis UMKM hanya akan bertahan jika cepat mengantisipasi situasi yang ada dengan melakukan sejumlah adaptasi. Semoga ketujuh strategi di atas bisa menjadi pencerahan bagi bisnismu untuk bertahan.

Selain melindungi bisnis, jangan lupa untuk melindungi diri dengan asuransi kesehatan Allianz, karena kesehatan kita menjadi kunci untuk tetap produktif. Sehingga, bisnis kamu tetap berjalan, pikiran pun tenang karena telah memperoleh perlindungan optimal untuk kesehatan tubuh kita. Tetap semangat dan salam sehat.

Author: Allianz Indonesia
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan membuka kantor perwakilan di tahun 1981. Kini Allianz Indonesia hadir untuk bisnis asuransi umum, asuransi jiwa, kesehatan, dana pensiun dan asuransi syariah yang didukung oleh lebih dari 1.400 karyawan dan lebih dari 20.000 tenaga penjualan dan ditunjang oleh jaringan mitra perbankan dan mitra distribusi lainnya untuk melayani lebih dari 7 juta tertanggung di Indonesia.
Pilihan Artikel yang direkomendasikan

Nov 08, 2023

Okt 26, 2023