Fakta Mengenai Penyakit Alzheimer
yang Perlu Kamu Ketahui

1 Agustus 2023 | Allianz Indonesia
Sering dianggap lumrah, Alzheimer di tahap lanjutan memiliki dampak yang dapat menghambat hidup penderitanya.
“Maklum, sudah tua, jadi agak pikun,” mungkin menjadi frasa yang sering kamu dengar, bukan? Kondisi tersebut menjadi suatu hal yang dianggap lumrah terjadi, apalagi menginjak usia lansia.
 
Padahal pikun atau penurunan daya ingat yang dialami bisa jadi merupakan salah satu faktor dari gejala Alzheimer.
Dilansir dari HaloDoc dan Alzheimer’s Indonesia dan berbagai sumber, penyakit Alzheimer (kerap ditulis juga Alzheimer’s) adalah kondisi otak degeneratif yang menyebabkan penurunan progresif dalam sejumlah aspek.
 
Mulai dari ingatan, kognitif atau kemampuan berpikir, kemampuan bicara dan perilaku. Penyakit ini dapat menyasar orang yang berusia lebih dari 60 tahun (lansia).
 
Sebuah artikel di CNN menyebutkan bahwa lansia yang tinggal di wilayah timur dan tenggara Amerika Serikat kemungkinan besar menderita penyakit Alzheimer, menurut data baru diterbitkan pada 17 Juli lalu oleh Alzheimer’s Association International Conference.
 
Selain Alzheimer, kamu mungkin kerap kali mendengar istilah Demensia. Meski sama-sama menyerang otak, namun faktanya, Alzheimer berbeda dengan Demensia.
 
Dilansir dari Mitra Keluarga, Demensia adalah istilah kepikunan atau gangguan otak yang berdampak pada kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dan beraktivitas sehari-hari.
 
Demensia sendiri terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah Alzheimer. Selain itu, terdapat jenis Demensia lainnya seperti Demensia Vaskuler, Dementia Lewy Body, Dementia Parkinson, dan lain sebagainya.
 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Alzheimer merupakan salah satu bentuk Demensia, sekaligus merupakan penyebab paling umum dari Demensia. Alzheimer memiliki dampak pada bagian otak seseorang yang dapat mengontrol kemampuan berpikir, mengingat, dan berkomunikasi dengan bahasa. Apabila semakin memburuk seiring waktu, maka Alzheimer sendiri dapat memengaruhi memori, bahasa, dan pikiran seseorang. 
Walaupun wanita lebih rentan mengalami penyakit Alzheimer, tetapi pria juga harus tetap berhati-hati dari penyakit ini. Berikut faktor risiko yang harus diwaspadai:
 
  • Usia, terutama 65 tahun ke atas.
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit Alzheimer.
  • Memiliki riwayat kesehatan tertentu seperti pernah mengalami cedera kepala, gangguan kognitif, maupun mengidap penyakit kardiovaskular.
  • Gaya hidup tidak sehat.
Sesuai tahapannya, berikut gejala Alzheimer yang perlu kamu ketahui.
 
Tahap awal
  • Sulit mengingat nama tempat dan benda.
  • Sering lupa dengan percakapan yang belum lama dibicarakan atau sering menanyakan pertanyaan dan cerita yang sama berulang kali.
  • Mudah tersesat di tempat atau jalan yang sering dilalui.
  • Salah meletakkan barang di tempat yang bukan seharusnya.
  • Terlihat bingung dan linglung.
Tahap pertengahan
  • Ingatan makin buruk, bahkan sulit mengingat nama keluarga dan sahabat.
  • Kebingungan meningkat menjadi disorientasi sehingga penderita sering tersesat dan tidak tahu waktu.
  • Suasana hati berubah dengan waktu yang relatif cepat, memicu perilaku yang impulsif.
  • Mulai mengalami delusi dan halusinasi.
  • Masalah dalam berkomunikasi. 

Tahap akhir

  • Kesulitan saat makan dan menelan makanan.
  • Berat badan berubah drastis.
  • Sering mengompol atau buang air besar secara tidak sengaja.
  • Kesulitan bergerak tanpa bantuan orang lain.
  • Ketidakmampuan beraktivitas normal seorang diri, misalnya untuk makan, mandi, dan buang air. 

Untuk mendiagnosis penyakit Alzheimer, dokter akan melakukan beberapa langkah pemeriksaan berupa pemeriksaan fisik dan neurologis, tes neuropsikologis, dan pencitraan otak.

Baca juga: Mengenal Silent Killer, 5 Penyakit yang Dapat Menimbulkan Kematian

Penyakit ini adalah kondisi yang mungkin memang sulit dicegah atau bahkan diobati. Meski demikian, adapun beragam perubahan pola hidup yang dapat dilakukan sejak usia produktif tanpa menunggu lansia, antara lain:
 
1. Menjaga pola makan
Makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan kemampuan sel otak dan mempertahankan ingatan jangka panjang. Kamu juga dapat membantunya dengan konsumsi suplemen kesehatan.
 
Selain itu, batasi atau hindari konsumsi minuman beralkohol karena alkohol berkaitan erat dengan penurunan kemampuan fungsi kognitif otak.
 
2. Aktif secara fisik
Olahraga dapat meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak, sehingga memengaruhi kesehatan sel otak.
 
Jika berpartisipasi dalam aktivitas yang meningkatkan risiko cedera kepala, jangan lupa untuk menggunakan pelindung kepala.
 
Namun, pastikan bahwa fisik kamu dalam kondisi prima dan hindari berolahraga melebihi kemampuan diri.
 
3. Aktif secara mental
Bukan hanya otot, otak juga perlu dilatih. Untuk dapat aktif secara mental, kamu bisa mencoba melakukan hobi yang membutuhkan kekuatan otak. Misalnya permainan catur, membaca, mengerjakan teka-teki silang, dan memainkan alat musik.
 
4. Aktif secara sosial
Berbincang dengan teman dan keluarga, serta aktif dalam kegiatan kelompok juga dapat menjaga daya ingat.
 
Yuk, latih otot dan otak, serta siapkan perlindungan untuk menjaga diri dan keluarga dari berbagai ragam penyakit!
Author: Allianz Indonesia
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan membuka kantor perwakilan di tahun 1981. Kini Allianz Indonesia hadir untuk bisnis asuransi umum, asuransi jiwa, kesehatan, dana pensiun dan asuransi syariah yang didukung oleh lebih dari 1.400 karyawan dan lebih dari 20.000 tenaga penjualan dan ditunjang oleh jaringan mitra perbankan dan mitra distribusi lainnya untuk melayani lebih dari 7 juta tertanggung di Indonesia.
Pilihan Artikel yang direkomendasikan

Nov 08, 2023

Okt 26, 2023