Baru Lulus Kuliah, Lebih Baik Merintis Bisnis atau Jadi Karyawan?

30 Mei 2022 | Allianz Indonesia
Kendati menawarkan peluang yang sama menariknya, pilihan menjadi pebisnis atau menjadi karyawan punya plus-minus masing-masing. Tertarik untuk mengetahui kecocokanmu? Yuk kita simak plus dan minus menjadi pebisnis versus menjadi karyawan.

Ada banyak momen di mana seseorang akan memikirkan masa depannya. Salah satu masa itu muncul ketika seseorang baru saja menyelesaikan pendidikan tinggi. Setelah lulus kuliah, pertanyaan berikutnya yang ada di benak banyak orang adalah, ke manakah saya harus melangkah? Menjadi pebisnis atau menjadi karyawan?

Apakah pertanyaan serupa juga muncul di benak kamu saat ini? Jika ya, itu wajar saja. Kedua pilihan di atas sejatinya, sama-sama menawarkan kemapanan di masa depan, asal dijalani dengan disiplin dan kerja keras.

Kendati menawarkan peluang yang sama menariknya, kedua pilihan ini punya plus-minus, serta konsekuensi yang berbeda. Plus-minus yang berbeda inilah yang menjadi alasan seseorang untuk merasa cocok menjadi karyawan atau menjadi pebisnis. Tertarik untuk mengetahui kecocokanmu? Yuk kita simak plus dan minus menjadi pebisnis versus menjadi karyawan.

 

Baca juga: Bukan Gorengan, Ini Santapan Bergizi untuk Berbuka Puasa Rendah Kalori dan Rendah Kolesterol

 

Menjadi karyawan

Plus:

1. Memiliki penghasilan yang pasti

Sebagai seorang karyawan, kamu mendapatkan penghasilan yang pasti. Remunerasi yang kamu kantongi setiap bulannya bisa terdiri dari banyak komponen. Selain gaji, banyak perusahaan yang memberikan karyawannya berbagai tunjangan. Yang umum seperti tunjangan transport dan makan. Banyak juga perusahaan yang memberikan manfaat pensiun serta Asuransi Kesehatan.

2. Ada jenjang karir dan pola kerja yang jelas

Kebanyakan perusahaan saat ini menawarkan jenjang karir bagi karyawannya. Jika di awal bekerja, kamu berada di posisi entry level, maka tiga atau empat tahun kemudian kamu berpeluang mengisi posisi yang lebih tinggi jika kamu memiliki kinerja yang memuaskan. Jenjang karir ini memenuhi kebutuhan manusia untuk mengaktualisasi diri. Pola kerja yang jelas juga membantu kamu, yang baru memasuki dunia kerja, untuk beradaptasi dengan kehidupanmu yang baru, sebagai pencari nafkah.

3. Tanggung jawab yang terbatas

Sebagai pekerja, kamu hanya dituntut untuk bertanggung jawab sesuai dengan ruang lingkup kerjamu. Seorang pekerja entry level di bidang back office, misalnya, tentu tidak akan diminta pertanggungjawaban apabila penjualan perusahaan menurun. Kamu baru akan mendapatkan tanggung jawab yang lebih, seiring dengan kenaikan jenjang karir. Ini juga akan membantu seseorang yang membutuhkan waktu untuk beradaptasi.

4. Tidak perlu keluar modal uang

Bagi fresh graduate, modal yang kamu andalkan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan adalah pendidikan akademis. Semakin tinggi gelar akademis yang kamu miliki, tentu semakin banyak peluang kerja yang tersedia. Modal berorganisasisi, atau pengalaman sebagai tenaga magang juga akan menjadi nilai lebih saat kamu melamar kerja.

5. Ada batasan waktu kerja

Sejalan dengan tanggung jawab kamu yang terbatas sebagai seorang pekerja, kamu akan memiliki waktu kerja. Aturan tentang jam kerja yang termuat dalam Undang-Undang Cipta Tenaga Kerja, waktu kerja dalam sepekan adalah 40 jam. Jika perusahaan memberlakukan enam hari kerja, maka jam kerja dalam sehari adalah tujuh jam. Dan apabila perusahaan memberi libur pada Sabtu dan Minggu, maka jam kerja sebanyak delapan jam per hari.

 

Minus

1. Ancaman kehilangan pekerjaan

Ini adalah nilai minus yang paling mudah terlihat jika kamu menjadi seorang karyawan. Sisi buruk dari tanggung jawab yang terbatas adalah kamu tidak ikut memegang kendali atas jalanannya perusahaan. Sangat mungkin terjadi, perusahaan kamu mengalami kesulitan keuangan, padahal kamu sudah memberikan kinerja terbaik. Dalam situasi pandemi, seperti yang terjadi belakangan ini misalnya, banyak perusahaan mengalami penurunan penjualan, sehingga melakukan pemutusan hubungan kerja.

2. Peningkatan produktivitas belum tentu diimbangi dengan kenaikan remunerasi

Hampir semua karyawan pasti pernah mengeluhkan tentang remunerasi yang tidak sebanding dengan kontribusinya. Bahkan, banyak juga yang merasa ia sudah overworked dan underpaid. Perasaan tidak mendapatkan apresiasi yang sepadan memang merupakan salah satu nilai minus yang mungkin akan kamu rasakan sebagai seorang pekerja.

 

Baca juga: Cara Memilih Asuransi Kendaraan untuk Mudik Lebaran yang Sesuai Kebutuhan

 

Menjadi pebisnis

Plus

1. Mendapat kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat

Jika kamu memulai sebuah usaha, sangat mungkin kamu akan memilih sebuah kegiatan yang kamu sudah akrab. Di masa kini, bahkan banyak akan muda yang membangun bisnisnya dari hobi. Kesempatan semacam ini tidak akan datang apabila kamu memilih berkarir di perusahaan orang. Alih-alih menekuni sesuatu yang kamu suka, sangat mungkin kamu harus melakukan kegiatan yang membosankan.

2. Peluang pendapatan meningkat selalu ada

Sebagai pemiilik bisnis, kamu memang harus bertanggung jawab atas kelancaran usahamu. Berbeda dengan menjadi karyawan yang hanya dituntut untuk bekerja 40 jam dalam sepekan, maka sebagai pengusaha kamu bisa jadi harus setiap hari mengawasi pekerjaan. Namun, ini sebanding dengan hasil yang akan kamu dapatkan.

Hasil tidak akan menghianati usaha. Bisnis yang stabil akan berpeluang memberikanmu peningkatan pendapatan dan laba.

 

Minus

1. Harus menyiapkan modal

Di zaman kini, banyak bisnis memang bisa dimulai dengan modal minimal. Namun tetap saja, kamu tetap perlu menyiapkan modal dana. Modal di sini tidak sebatas uang yang kamu keluarkan untuk kegiatan operasional usahamu saja, tetapi juga pengeluaran pribadi sehari-hari yang harus kamu tanggung saat usahamu belum menghasilkan cuan.

2. Penghasilan tidak pasti

Sebagai pebisnis, kamu akan menghadapi berbagai risiko, yang berada di luar kendalimu. Risiko semacam ini mulai risiko keamanan dan politik, risiko bencana, atau risiko usaha, seperti perubahan kebijakan moneter. Atau, risiko pasar, seperti persaingan yang semakin ketat. Risiko-risiko tersebut bisa membuat berbagai proyeksi pendapatan yang kamu buat menjadi meleset. Penghasilan yang tidak pasti ini akan terasa sangat memberatkan di saat hari-hari pertama kamu berbisnis. Anggap saja, ini sebagai proses kamu belajar menjadi pebisnis.

3. Tanggung jawab yang luas

Pemilik usaha jelas memiliki tanggung jawab yang jauh lebih luas daripada pekerjanya. Ia tak cuma perlu memikirkan strategi penjualan, tetapi juga harus bisa menyusun, atau palling tidak membaca laporan keuangan dan laporan pajak.

Dengan tanggung jawab yang luas itu, berarti pebisnis harus siap untuk bekerja dalam jam kerja yang jauh lebih panjang dibandingkan seorang karyawan. Kalau kamu serius menjadi pengusaha, jangan menganggap tanggung jawab yang luas ini sebagai beban. Lihatlah itu sebagai sebuah keharusan agar modalmu bisa terjaga dan berkembang sesuai rencana.

 

Baca juga: #YUKPAHAMI Alur Pembelian Asuransi Jiwa sampai Polis Aktif

 

Setelah menyimak plus dan minus menjadi karyawan dan menjadi pebisnis, semoga kini kamu sudah mengetahui arah pilihanmu ke depan. Apapun pilihanmu, baik menjadi karyawan atau pebisnis, kamu perlu melindungi diri dari risiko kematian yang bisa datang kapan saja. Itu sebabnya, jangan lupa menimbang-nimbang Asuransi Jiwa yang tepat untukmu. Dengan memiliki Asuransi Jiwa, kamu telah menyiapkan bekal bagi keluarga tercinta untuk tetap dapat melanjutkan hidup, jika risiko tutup usia menimpa pencari nafkah. Selamat menimbang!

Author: Allianz Indonesia
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan membuka kantor perwakilan di tahun 1981. Kini Allianz Indonesia hadir untuk bisnis asuransi umum, asuransi jiwa, kesehatan, dana pensiun dan asuransi syariah yang didukung oleh lebih dari 1.400 karyawan dan lebih dari 20.000 tenaga penjualan dan ditunjang oleh jaringan mitra perbankan dan mitra distribusi lainnya untuk melayani lebih dari 7 juta tertanggung di Indonesia.
Pilihan Artikel yang direkomendasikan

Nov 08, 2023

Okt 26, 2023