Cek 4 Hal Ini sebelum Membeli Asuransi Penyakit Kritis

27 Juli 2020 | Allianz Indonesia
Kamu bisa mengelola risiko finansial akibat penyakit kritis dengan memiliki asuransi khusus penyakit kritis. Namun, sebelum memilih asuransi penyakit kritis yang tepat, pastikan kamu memperhatikan beberapa hal penting berikut ini.

Penyakit kritis saat ini semakin tidak mengenal kelompok usia. Semakin sering terdengar berita kalangan usia muda yang menderita penyakit kritis yang cukup berat seperti kanker, diabetes, gagal ginjal hingga serangan jantung. Mengutip data Kementerian Kesehatan dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi penyakit kritis atau jumlah keseluruhan kasus penyakit kritis di Indonesia semakin meningkat di kelompok usia produktif

Misalnya, penyakit kanker di mana angka prevalensinya mencapai 1,21% per 1.000 penduduk kelompok usia 25-34 tahun. Begitu juga penyakit kritis lain seperti stroke yang mencapai 3,7% di kelompok usia 35-44 tahun.

Risiko penyakit kritis yang makin tinggi tanpa kenal usia, tidak bisa diabaikan begitu saja. Pasalnya, biaya perawatan dan pengobatan penyakit kritis terbilang sangat mahal. Sudah banyak cerita yang mungkin pernah kamu dengar tentang keuangan keluarga yang bangkrut ketika salah satu anggota keluarga mereka menderita penyakit kritis.

Ini artinya, ancaman penyakit kritis memicu risiko finansial yang tidak bisa diabaikan. Kamu bisa mengelola risiko finansial akibat penyakit kritis dengan memiliki asuransi khusus penyakit kritis. Namun, sebelum memilih asuransi penyakit kritis yang tepat, pastikan kamu memperhatikan beberapa hal penting berikut ini.

  1. Jangkauan perlindungan
    Ada banyak jenis asuransi penyakit kritis yang kini ditawarkan di pasar asuransi. Ada jenis asuransi penyakit kritis yang melindungi banyak jenis penyakit kritis. Ada pula yang hanya melindungi beberapa jenis penyakit kritis saja. Selain jenis penyakit kritis yang dilindungi, asuransi penyakit kritis juga banyak ditawarkan dengan pilihan luas coverage.

  2. Misalnya, ada asuransi penyakit kritis yang melindungi penyakit kritis mulai tahap awal sampai stadium akhir, ada juga asuransi yang baru bisa memberikan manfaat proteksi ketika penyakit kritis sudah di tahap terminal.

 

Baca juga: Perlukah Memiliki Asuransi Penyakit Kritis?



Nah, mana yang kamu butuhkan? Semakin luas dan lengkap jangkauan perlindungan asuransi penyakit kritis, semakin mahal pula kelak premi yang harus kamu bayarkan. Hal ini tidak jadi masalah apabila kamu memiliki keleluasaan menyiapkan anggaran pembelian asuransi.
Tapi, bila anggaran kamu terbatas, kamu perlu lebih cermat memilih jenis asuransi penyakit kritis sesuai kebutuhan dan kemampuan budget. Cara paling mudah adalah dengan melihat riwayat kesehatan dan gaya hidup selama ini.


Jadi, bila kamu selama ini jarang menerapkan gaya hidup sehat ditambah ada riwayat penyakit kritis di keluarga, sebaiknya kamu memilih asuransi penyakit kritis dengan perlindungan lebih lengkap.

 

2. Jenis penyakit kritis yang dilindungi

Ada banyak jenis penyakit kritis yang mengancam kesehatan tubuh dan keamanan finansial. Di Indonesia, tercatat empat penyakit kritis paling berbahaya karena paling banyak menelan korban jiwa berdasarkan catatan World Health Organization (WHO). Yang pertama, penyakit terkait kardiovaskular seperti jantung koroner, aritmia atau detak jantung tidak normal, hingga stroke.

Sebanyak 35% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kritis ini. Lalu, sebanyak 12% kematian disebabkan oleh kanker. Selanjutnya adalah diabetes dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) seperti bronkitis dan emfisema, yang menjadi penyebab 6% kematian di Indonesia (Katadata.co.id, Juli 2019).

 

Baca juga: Masalah Kesehatan yang Patut Kamu Waspadai Akibat Kebanyakan Duduk saat Bekerja 

 

Data itu bisa diartikan bahwa risiko menderita empat jenis penyakit kritis tersebut terbilang besar bagi orang Indonesia. Jadi, bila budget kamu relatif terbatas, pilih saja asuransi kritis yang memberikan perlindungan pada empat jenis penyakit tersebut. Kelak kala pendapatan kamu lebih leluasa dan anggaran khusus untuk asuransi meningkat, kamu bisa melengkapi perlindungan asuransi penyakit kritis lebih lengkap.

 

3. Aturan pengecualian

Selanjutnya yang perlu kamu perhatikan adalah aturan pengecualian proteksi dalam polis asuransi penyakit kritis. Pada dasarnya setiap asuransi pasti memiliki pasal ini dan harus diperhatikan oleh calon nasabah asuransi. Dalam konteks asuransi penyakit kritis, biasanya ada aturan pengecualian yang umum dimuat dalam polis dan perlu kamu perhatikan.

 

Baca juga: Klaim Asuransi Ditolak? Periksa Dulu, Jangan-Jangan Ini Penyebabnya

 

Misalnya, syarat survival period yaitu masa bertahan hidup tertanggung asuransi sejak  divonis penyakit kritis oleh dokter. Umumnya survival period  berkisar antara 7 sampai 30 hari. Contohnya jika survival period selama 30 hari, ini berarti, ketika si tertanggung meninggal sebelum 30 hari sejak divonis oleh dokter, klaim asuransinya otomatis tidak bisa dibayarkan..

Ada juga aturan masa tunggu atau waiting period. Aturan ini mengatur jangka waktu sebelum perlindungan asuransi tersebut berlaku. Ada yang 30 hari, ada juga yang sampai 90 hari sejak polis diterbitkan (issued). Semakin singkat masa tunggu, semakin cepat asuransi tersebut memberikan perlindungan yang kamu butuhkan.

Aturan pengecualian lainnya yang juga perlu kamu cermati adalah tahap proteksi yang diberikan. Ada asuransi penyakit kritis yang sudah bisa diklaim ketika penyakit kritis baru di tahap awal. Ada juga sebaliknya. Begitu juga pasal pengecualian terkait jenis penyakit yang dikecualikan dari perlindungan, penting juga untuk kamu perhatikan detil.

 

4. Kemampuan budget asuransi

Setiap orang pasti ingin memiliki proteksi yang lengkap dan paling mutakhir supaya risiko finansial bisa ditekan sekecil mungkin. Tapi, sebagaimana kamu tahu, semakin lengkap dan bagus proteksi sebuah asuransi penyakit kritis, seringkali preminya juga mahal.

Supaya kamu tidak kecil hati, sebaiknya bersikaplah realistis dalam mencari asuransi penyakit kritis yang sesuai dengan kemampuan kantong. Terapkan prinsip "lebih baik punya dulu daripada tidak sama sekali".

Jadi, misalnya anggaran untuk membayar premi asuransi kamu hanya sebesar 10% dari pendapatan rutin, anggaran itu bisa kamu gunakan untuk membiayai berbagai jenis asuransi, bukan cuma asuransi penyakit kritis.

Nah, tinggal sesuaikan saja berapa kemampuan budget yang kamu miliki untuk membeli asuransi penyakit kritis. Dari sana, kamu bisa lebih teliti mencari asuransi yang bisa memberikan perlindungan sesuai kebutuhan tapi juga tidak memberatkan kantong. 

Dengan menerapkan 4 hal penting di atas, kamu bisa mengelola risiko finansial lebih baik dengan memiliki asuransi penyakit kritis. Mudah, bukan?

Author: Allianz Indonesia
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan membuka kantor perwakilan di tahun 1981. Kini Allianz Indonesia hadir untuk bisnis asuransi umum, asuransi jiwa, kesehatan, dana pensiun dan asuransi syariah yang didukung oleh lebih dari 1.400 karyawan dan lebih dari 20.000 tenaga penjualan dan ditunjang oleh jaringan mitra perbankan dan mitra distribusi lainnya untuk melayani lebih dari 7 juta tertanggung di Indonesia.
Pilihan Artikel yang direkomendasikan

Nov 08, 2023

Okt 26, 2023